Cara Waras Memaknai Perpisahan

ai.
3 min readAug 22, 2023
Photo by Yolanda Suen on Unsplash

“Setiap orang ada masanya. Setiap masa ada orangnya,” ucap seseorang.

Iya, saya percaya bahwa setiap orang yang hadir dalam hidup kita, punya waktu dan misinya masing-masing. Misi yang sudah ditetapkan oleh Allah supaya kita bisa mengambil nilai dan pelajaran dari mengenal mereka. Apapun itu. Ambil baiknya, buang buruknya. Entah itu teman, sahabat, rekan kerja, yang pasti, Allah tidak akan mengirim mereka jika bukan demi kebaikan kita. Jika misinya dalam hidup kita sudah selesai, lalu apa?

Allah akan ambil orang itu dari kita. Dijauhkan, dipisahkan. Sekalipun dengan cara yang menyakitkan. Karena di setiap pertemuan pasti ada perpisahan, bukan? Dan tingkat tertinggi dari perpisahan adalah kematian — tapi kita tidak sedang membahas kematian di sini. Kalau memang orang itu baik untuk hidup kita, Allah akan kasih waktu yang lebih lama untuk bersama orang itu. Pun sebaliknya. Dan ketika Allah mengambil seseorang dari hidup kita, Allah akan ganti mereka dengan orang baru lagi. Yang lebih baik lagi. InsyaAllah.

Semudah itu kuasa Allah dalam mengatur kehidupan hamba-Nya. Semudah itu Allah menghadirkan dan mengambil kembali orang-orang dalam hidup kita. Tapi, apakah hamba-Nya juga semudah itu dalam menerima takdir yang telah ditetapkan-Nya?

Tentu, tidak. Sangat tidak.

Seringkali kita mengeluh dan sulit menerima ketetapan Allah yang tidak kita sukai. Tak jarang pula kita menyalahkan Allah dan mempertanyakan bentuk keadilan serta kasih sayang-Nya terhadap kita. Wajar, karena kita hanya manusia. Kita punya keterbatasan. Tapi, alih-alih berburuk sangka dan marah kepada Allah, bukankah lebih baik jika kita berusaha dan berdoa kepada-Nya untuk dimudahkan dan dilapangkan dalam menerima takdir yang telah digariskan? Lalu kita serahkan semuanya kepada Allah. Karena hanya Allah yang tahu masa depan kita. Sekali lagi, hanya Allah yang tahu.

“Tapi kan aku gamau kehilangan mereka!” Ucap seseorang, lagi.

Iya, saya tahu rasanya. Semakin dalam rasa sayang dan hubungan emosional kita terjalin dengan seseorang, semakin sulit juga bagi kita untuk melepas kepergian mereka. Tapi kita harus ingat lagi, kita ini siapa sih? Kita hanya manusia. Kita hanya orang. Kalau kita baca lagi tulisan ini dari awal dengan sudut pandang yang berbeda, kita ini juga berperan sebagai orang lain bagi hidup orang yang kita tidak mau kehilangan orang tersebut, kan? Kalau Allah sudah berkehendak untuk mengambil orang itu dari kita, kita bisa apa? Nothing. Terima takdir-Nya dan move on.

“Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.” — Umar bin Khattab

Sudahlah. Semua yang ada di dunia ini hanya titipan. Manusia, harta, pekerjaan, bahkan air setetes pun, semuanya milik Allah. Dan hanya kepada Allah lah seisi dunia ini akan kembali. Tugas kita adalah menjadi sebaik-baiknya hamba dan bersyukur atas semua rezeki yang diberikan, termasuk orang-orang yang pernah atau masih ada dalam hidup kita. Memperlakukan mereka sebaik mungkin, sebelum Allah ambil mereka dari hidup kita. Dan selalu berbaik sangka kepada Allah karena hanya Dia lah yang tahu apa yang terbaik untuk hidup kita.

Semoga bermanfaat. Semoga Allah mudahkan.

--

--